Memberikan hukuman kepada anak-anak tetap harus dilakukan dengan cara
yang mendidik, senakal apapun mereka. Kenakalan merupakan bagian tak
terpisahkan dari masa tumbuh kembang anak, terutama di masa 7 tahun
pertamanya. Banyak orang tua yang merespon kenakalan si kecil dengan
mengekspresikan kemarahan yang tidak semestinya, memberikan hukuman
fisik, bahkan tidak sedikit yang berlanjut menjadi kekerasan fisik.
Padahal, bentuk hukuman seperti itu bisa mengganggu perkembangan emosi
anak, hingga tak jarang perilaku nakalnya semakin menjadi atau “semakin
liar”.
Memarahi si kecil karena kesalahnnya itu wajar, asalkan orang tua
tidak mengucapkan kata-kata kasar dan merendahkan yang akan menempel
sebagai memori negatif hingga ia dewasa kelak. Memberi hukuman karena
kenakalannya pun sebisa mungkin harus dilakukan dengan cara yang
mendidik dan efektif. Artinya, tanpa hukuman fisik apalagi berlanjut
menjadi kekerasan fisik.
Mengapa demikian? Ada beberapa alasan yang cukup rasional. Pertama,
karena masa kecil merupakan masa emas bagi anak, masa tumbuh kembang
fisik, emosi, mental dan intelektualnya, masa bermain yang bisa
membuatnya bahagia, masa yang patut dikenang sebagai masa terindah dalam
hidupnya. Kedua, ketika seseorang marah dan tidak bisa
mengendalikan amarah dan emosinya, maka bisa berlanjut menjadi kekasaran
dan kekerasan baik fisik maupun ucapan, sehingga bisa menyakitkan dan
membekas di hati dan memori otak anak. Ketiga, memarahi saja
tidak cukup tanpa memberikan perhatian, teladan sikap dan perilaku
terhadap anak. Setiap anak membutuhkan perhatian dari oranng
terdekatnya, khusunya kedua orang tuanya. Bisa saja tingkah nakalnya ia
lakukan karena merasa kurang perhatian atau tidak diperhatikan.
Lalu bagaimana cara memberikan hukuman yang mendidik buat si kecil?
Sebagai orang tua, perlu kita ingat dan kita pahami bahwa tujuan kita
memberikan hukuman kepada anak bukan untuk menyakitinya, melainkan untuk
mendisiplinkannya. Disiplin tidak selalu identik dengan keras dan
kasar, tetapi dalam penerapnnya diperlukan konsistensi, baik dalam
memberikan hukuman maupun dalam memberikan teladan sikap, ucapan dan
perilaku. Idealnya, sebuah hukuman pun harus memberikan efek jera bagi
si kecil. Namun, dalam praktiknya, kita juga harus bijaksana dalam
memahami kenakalan atau kesalahan yang dilakukan si kecil, sehingga kita
dapat menyesuaikan cara dan jenis hukuman dengan usia anak. Memeberikan
hukuman kepada anak usia balita tentu harus dibedakan dengan anak di
atas usia 5-7 tahun, karena normalnya, kecerdasan emosi dan rasional
mereka terus berkembang sejalan pertambahan usianya.
Dalam sebuah penelitian sebagaimana dilansir kompas.com, Dr. Paul Frick, salah satu pengajar dari University of New Orleans, AS menyimpulkan bahwa ada 3 cara dalam memberikan hukuman efektif bagi si kecil. Ketiga cara yang telah dimuat di Journal of Applied Developmental Psychology berikut ini lebih efektif dibandingkan dengan hukuman fisik seperti memukul.
- Mendiamkan atau memberikan mereka waktu sendiri untuk merenungi kesalahannya. Setelah itu, baru ajak ia ngobrol dan tanyakan alasan mengapa ia melakukan hal itu
- Memberikan anak tugas rumah tambahan sesuai kemampuan dan usianya. Bagi anak berusia di bawah 5 tahun hal ini mungkin belum bisa diterapkan secara saklek
- Tidak memperbolehkan si kecil melakukan aktivitas favoritnya untuk sementara. Misalnya, tak diizinkan bermain internet dan menonton acara televisi favoritnya selama seminggu.
Menurut Dr. Paul Frick konsistensi merupakan kunci dalam memberikan
hukuman yang menggunakan tipe mendisiplinkan anak. Hukuman fisik memang
sementara bisa menghentikan kenakalnnya, tetapi dampaknya bisa lebih
beresiko terhadap faktor mental dan rasa percaya dirinya.
Bila kita cermati, hukuman fisik seperti memukul memang selain
menimbulkan rasa sakit juga bisa membuat anak stres dan merasa takut
salah dalam melakukan sesuatu. Dalam jangka panjang, hal ini bisa
berpengaruh terhadap perkembangan mental psikologisnya. anak bisa saja
berkembang menjadi peragu, merasa takut salah dalam bertindak atau
mengambil keputusan, tidak mandiri dan tidak percaya diri atau bahkan
bertingkah lebih liar dengan mengembangkan pemahamannya bahwa kemarahan
boleh ditindaklanjuti dengan kekerasan. Di masa perkembangannya,
anak-anak banyak meniru ucapan dan perbuatan orang tua atau keluarganya.
Karena itu, cara kita memberikan hukuman kepada mereka merupakan bentuk
pola asuh dan didikan yang harus kita cermati, kita pahami dan kita
terapkan secara bijaksana.
Sekecil apapun pengalaman yang mereka rasakan di masa kecil dan
sekecil apapun yang kita lakukan terhadap mereka di masa kecil akan
berpengaruh terhadap masa depannya kelak. Semoga bermanfaat
SUMBER : niahidayati.net
Dapatkan Penghasilan Tambahan Dengan Bermain Poker Online di www,SmsQQ,com
BalasHapusKeunggulan dari smsqq adalah
*Permainan 100% Fair Player vs Player - Terbukti!!!
*Proses Depo dan WD hanya 1-3 Menit Jika Bank Tidak Gangguan
*Minimal Deposit Hanya Rp 10.000
*Bonus Setiap Hari Dibagikan
*Bonus Turn Over 0,3% + 0,2%
*Bonus referral 10% + 10%
*Dilayani Customer Service yang Ramah dan Sopan 24 Jam NONSTOP
*Berkerja sama dengan 4 bank lokal antara lain : ( BCA-MANDIRI-BNI-BRI )
Jenis Permainan yang Disediakan ada 8 jenis :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar 66
Untuk Info Lebih Lanjut Dapat menghubungi Kami Di :
BBM: 2AD05265
WA: +85596801069